MAKALAH
SOSIOLINGUISTIK
“Hubungan Sosiolinguistik dengan Ilmu Lain”
DosenPembimbing:
Diana Mayasari M.Pd.
Kelompok3
Prodi : BahasadanSastra Indonesia
Kelas
: 2013 C
ANGGOTA :
1.
Esthiningsih 146167
2.
Khoirotul Ilmiyah 136826
3.
Refi Lailitri Ulfayani 136850
4.
RizkiDwiPutri 136851
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sosiolinguistik
,dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya,seperti ilmu ekonomi, sosiologi ,
atau dengan linguistik sendiri,merupakan ilmu yang relatif baru. Namun
sosiolinguistik memiliki 3 batasan dalam pembahasanya, yakni : bahasa
,masyarakat dan hubungan antara bahas dan masyarakat .( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[1] )
Bahasa
sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki manusia, tidak hanya
dapat dikaji secara internal tetapi juga secara eksternal. Artinya pengkajian
bahasa tidak hanya dapat dilakukan dengan menganalisis struktur fonologis,
morfologis maupun sintaksisnya, melainkan dapat pula dikaji dengan hal-hal atau
faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa
itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.
Pengkajian
secara eksternal inilah yang menghasilkan rumusan-rumusan yang berkaitan dengan
kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam
masyarakat. Pengkajian secara eksternal ini tidak hanya melibatkan teori dan
prosedur linguistik saja, tetapi juga melibatkan teori dan prosedur disiplin
lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa itu, sehingga wujudnya berupa ilmu
antardisiplin yang namanya merupakan gabungan dari disiplin ilmu-ilmu yang
bergabung itu, umpamanya sosiolinguistik.
Sosiolinguistik
merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan disiplin linguistik dengan
bahasa sebagai objek kajiannya.Namun satu hal yang harus digarisbawahi
bahwasanya bahasa sebagai objek kajian sosiolinguistik tidak dilihat maupun
didekati sebagai bahasa, melainkan dilihat dan didekati sebagai sarana
interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.
Persoalan
kita sekarang adalah apakah sosiolinguistik itu sebenarnya; bagaimana
hubungannya dengan disiplin ilmu lain; dan apa kegunaan serta masalah-masalah
sosiolinguistik. Atas dasar di atas penyusun kemudian tertarik untuk membicarakan
masalah seputar sosiolinguistik, kegunaan dan ruang lingkup sosiolinguistik.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasar pada latar belakang di
atas, adapun rumusan yang menjadi masalah dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.
Apakah
sosiolinguistik itu?
2.
Bagaimana
hubungan sosiolinguistik dengan ilmu lain?
C.
Tujuan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk:
1.
Mendeskripsikan
pengertian sosiolinguistik.
2.
Menunjukkan
hubungan sosiolinguistik dengan ilmu lain.
BAB
II
TINJAUN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu
antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang
mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi sendiri dapat diartikan sebagai kajian
yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalammasyarakat, dan mengenai
lembaga-lembaga dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi
berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap
ada. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau
bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya
Menurut Abdul Caher,
Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam
hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Didalam bukunya Abdul Chaer juga
menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan
pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar
dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam
bahasa itu. ( Abdul Chaer, tahun 1994 dalam Linguistik Umum.[2] )
Sosiolinguistik
(selanjutnya disingkat SL) dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya
,seperti ekonomi, sosiologi atau dengan linguistik sendiri ,merupakan ilmu
relatif baru . Ditinjau dari nama ,SL menyangkut sosiologi dan linguistik
,kerena itu SL mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah
masyarakat,dan linguistik adalah kajian bahasa . Jadi SL adalah kajian tentang
bahasa yang dikaikan dengan kondisi masyarakat . ( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[1] )
SL
menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial
perilaku bahasa , tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja ,melainkan juga
sikap-sikap bahasa , perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa. Batasan
semacam ini ingin menarik SL ke bidang sosiologidaripada ke linguistik . Dalam
kajian SL memang ada kemungkinan orang
memulai dari masalah kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa ,tetapi
bisa pula berlaku sebaliknya ,memulai dari bahasa kemudian mengaitkan dengan
gejala-gejala kemasyarakatan.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[3] )
B.
Hubungan
Sosiolinguistik dengan Ilmu lain
1.
SL
dengan Sosiologi
Sosiologi
mempelajari antara lain struktur sosial
, organisasi kemasyarakatan , hubungan antar anggota masyarakat , tingkah laku
masyarakat . Secara kongkret , sosiologi mempelajari kelompok-kelompok dalam
masyarakat , seperti keluarga ,clan(subsuku) , suku ,bangsa.Di dalam masyarakat
ada semacam lapisan , seperti lapisan penguasa dan lapisan rakyat jelata , atau
kasta-kasta yang berjenjang , juga dipelajari sosiologi.Tentu saja untuk
mempelajari hal-hal semacam itu kita harus mempunyai data yang memadai ,yang
banyak melibatkan banyak orang atau anggota masyarakat .Kita tidak dapat
mengatakan susuan keluarga orang jawa adalah begini atau begitu ,jika kita
hanya mendasarkan kepada satu keluarga jawa saja. Begitu pula, kita tidak dapat
mengidentifikasikan ciri-ciri pimpinan jawa jika tidak melibatkan sang pemimpin
dngan anggota yang dipimpin. Jadi , sosiologi paling tidak berhadapan dengan
dua individu dalam masyarakat . SL yang mempelajari bahasa dalam hubungan
dengan masyarakat, memiliki persamaan dengan sosiologi ,dalam arti SL
memerlukan data atau subyek lebih dari satu orang individu .Dalam kajian
,keduanya menggunakan metode kuantitatif .SL juga menggunakan metode sampling
(randon atau acak) ,karena kadang-kadang tidak mungkin seluruh anggota
masyarakat dilibatkan atau dijadikan subjek atau informan.Dalamkaitan kedua
metode itu tidak mustahil SL juga menggunakan statistik,seperti halnya
sosiologi. Dalam mengumpulkan data ,baik sosiologi maupun SL menggunakan metode
wawancara ,rekaman,mengumpulkan dokumen dan sebagainya. Sedangkan dalam
pengolahan data menggunakan metode deskriptif.Namun kita lihat juga perbedaan
antara kedua studi tersebut . Sampai tahap tertentu sosiologi memang menyentuh
bahasa ,misalnya kalau dia berbicara tentang hubungan antara anggota masyarakat
yang satu dengan anggota yang lain , atau mengidentifikasikan ciri-ciri sebuah
kelompok masyarakat yang merupakan suku atau bangsa .Tetapi,tentu saja
sosiologi tidak sampai berbicara tentang bahasa itu sampai pada hal yang
sekecil-kecilnya ,misalnya tentang struktur kalimat.Sosiologi juga tidak akan
berbicara tentang ragam atau variasi bahasa yang dipakai oleh seorang pemimpin
,misalnya ,ketika dia berbicara dengan istri dirumah ,dengan tukang sapu di
kantor , dengan angg0ta kelompoknya didalam rapat. Sebaliknya, justru ragam
bahasa itu yang menjadikan salah satu obyek SL. Jadi ,obyek utama sosiologi
bukan bahasa ,melainkan masyarakat ,dan dengan tujuan mendeskripsikan
masyarakat dan tingka laku .Dan obyek utama SL adalah variasi bahasa bukan masyarakat.
( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[5] )
2.
SL
dengan Linguistik Umum
Linguistik umum
(General Linguistic) sering kali
disebut Linguistik saja, mencakup fonologi , morfologi dan sintaksis.
Linguistik disini hanya berbicara tentang struktur bahasa , mencakup bidang
struktur bunyi , struktur morfologi dan struktur kalimat, dan akhir ini juga
struktur wacana . Linguistik yang
demikian itu menitikberatkan pembicaraan pada bunyi-bunyi bahasa ,karena atas
dasar anggapan ,bahasa itu berupa bunyi yang berstruktur dan bersistem. Semua
bahasa seperti itu , meski tidak ada dua bahasa yang memiliki struktur yang
persis sama .Jadi,linguistik mempunyai pandangan monolitik terhadap bahasa
.Artinya , bahasa dianggap sebagai satu sistem yang tunggal, linguistik melihat
bahasa sebagai suatu sestem tertutup ,suatu sistem yang berdiri sendiri
terlepas dari kaitanya dengan struktur masyarakat . Bahasa dianggap sebagai
sistem yang komponen-komponenya bersifat homogen. Dalam penelitian, seorang
linguis memakai satu atau dua orang subyek sebagai informan. Tutur informan itu
kemudian di analisis ,dan dari satu dua orang itu si linguis kemudian menyusun
tata bahasa atau memberikan struktur bahasa yang diteliti . Tentu saja infoman
itu terpilih dari orang-orang yang bertutur dalam satu ragam tertentu , yaitu
ragam baku.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[7] )
Fokus pemerian
linguistik itu struktur atau bunyi
bahasa sebagai sitem , wajar kalau data yang dipakai adalah data tutur verbal ,
dan satuan terbesar yang digarap umumnya
hanya pada tataran kalimat . Sebaliknya, seorang sosiolinguis , yang
fokusnya fungsi bahasa , data yang dicari dan dianalisis adalah data verbal
plus nonverbal. SL memperhatikan fonologi , morfologi, dan sintaksis , tetapi
satuan terbesar yang menjadi obyeknya adalah wacana , setidaknya sosiolinguis
memulai dari wacana,baru turun ke tataran yang lebih kecil. Karena masalah SL
itu fungsi bahasa , pendekatanya tidak cukup eka/tunggal disiplin (seperti
linguistik) melainkan harus anekadisiplin (multidisipliner) , meliputi
sosiologi, antropologi , psikologi sosial. Uraian cukup lengkap tentang
perbedaan SL dan linguistik dapat dibaca . ( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[9] )
3.
SL
dengan Dialektologi
Dialektologi
adalah kajian tentang variasi bahasa. Dia mempelajari berbagai dialek dalam
suatu bahasa yang tersebar di berbagai wilayah . Tujuannya untuk mencari
hubungan kekeluargaan di antara dialek-dialek itu , juga menetukan sejarah
perubahan bunyi atau bentuk kata , berikut maknanya dari masa ke masa dan dari
suatu tempat ke tempat lain . Titik berat kajian terletak pada kata. ( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[9] )
Metode yang dipakai dialektologi adalah metode komparatif
dan metode historis-diakronis. Artinya ,dia membanding-bandingkan dan di dalam
membandingkan itu dialektologi menunjukkan sejarah dari bentuk sebuah kata ,
karena itu dia menjangkau lebih dari satu masa ,yaitu masa kini dan
lampau.Disamping itu jelas pula bagi penglihatan kita ,dialektologi meneliti kata-kata pada dialek regional yaitu
dialek yang didasarkan atas batas-batas wilayah alam.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[10] )
SL menggunakan juga metode
komparatif,tetapi biasanya bukan historis diakronis.Yang dibandingkan juga
bukan hanya kata-kata.SL kadang-kadang meneliti persoalan seperti “kapan si A
menggunakan kata X ,dan kapan Z?” tetapi
perbandingan itu masih dalam batas waktu dimana si A itu hidup .Dengan kata
lain SL menggunakan metode deskriptif-sinkronis, yaitu melihat obyek
sebagiamana adanya pada suatu saat tertentu .Kajian SL yang bersifat kesejarahan tampak pada kajian tentang pergeseran atau
kepunahan bahasa.Perbedaan lain yang cukup mendasar adalah SL lebih banyak
meniik beratkan kajiannya atas variasi bahasa bukan atas dasar batas-batas
regional atau batas-batas alam,melainkan pada batas- batas kemasyarakatan
seperti perbedaan usia,jenis kelamin,status sosial,lapisan sosial,dan
sebagainya. Tentu saja masih da kemungkinan,SL berhadapan dengan dialek
regional .( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[11] )
4.
SL
dengan Retorika
Retorika
dimaksudkan sebagai kajian tentang tutur terpilih (selected speech). Salah satu cabangnya adalah kajian tentang gaya
bahasa (style) . Seseorang yang akan
bertutur mempunyai kesempatan untuk menggunakan berbagai variasi,dan untuk itu
bahasa menyediakan bahan-bahannya.Seseorang yang menyuruh orang lain didepannya
untuk pergi dapat menggunakan berbagai caa atau ungkapan.Dia bisa menggunakan
sebuah kata saja “pergi” dengan suara keras. Bisa pula menggunakan kalimat
perintah yang lebih halus “silahkan anda pergi” ,tetapi bisa pula menggunakan
kalimat tanya “Apa lagi yang anda tunggu disini?”.Untuk memilih bentuk atau
kalimat yang di ucapkan , dia bisa mempertimbangkan yang paling efektif untuk
situasi dan kondisi pada waktu itu . Bagaimana si penutur menggunakan suatu
bentuk ujaran,situasi dan kondisi yang
mendukung pemilihan bentuk itu, dan kekuatan yang terkandung dalam
ucapan,sehingga orang yang disuruh pergi
misalnya , betul-betul mau pergi,merupakan persoalan retorika.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[12] )
Retorika
mempunyai kesejajaran dengan SL ,yaitu variasi bahasa sebagai obyek studi
keduanya .Tetapi tidak seperti retorika ,SL tidak hanya memperhatikan
bentuk-bentuk bahasa yang terpilih saja .Slmempelajari semua variasi yang ada
,kemudian dikaitkan dengan dasar atau faktor yang memunculkan variasi itu.Retorika
cenderung ke arah kajian tutur individu,seperti munculnya kajian tentang “gaya
bahasa” si A atau si B.Ini tentu tidak menjadi objek SL.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[12] )
5.
SL
dengan Psikologi Sosial
Psikologi sosial
merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan psikologi,tetapi merupakan
bagian dari kajian psikologi.Psikologi mengurusi masalah proses mentalindividu,
seperti inteligensi ,minat,sikap,kepribadian, dan semacamnya.Manakala masalah
semacam itu menyangkut sekelompok manusia ,analisinya ditangani oleh psikologi
sosial .Dan karena SL itu berkaitan dengan bahasa masyarakat ,hubungan antara
SL dengan psikologi sosial tentu ada.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[12] )
Sosiologi dapat mendekati suatu masalah SL seperti pilihan
bahasa (language choice) ,yaitu
bahasa atau ragam bahasa yang dipilih oleh seseorang penutur ketika ia
melakukan interaksi verbal dengan cara mengamati (mensurvai) terlebih dahulu
sempel yang akan diteliti dalam kaitanya dengan struktur sosial , dan melakukan
analisis statistik terhadap hasil survai itu.Jika kita memakai metode atau
pendekatan psikologi sosial,perhatian kita lebih tertuju kepada proses
psikologis daripada kategosi sosial yang luas .Kita bisa juga melakukan hal-hal
sebagaimana sosiologi ,seperti melakukan survai ,menentukan sampel ,dan memakai
analisis statistik ,tetapi yang kita cari lebih mengarah kepada
motivasi-motivasi individual daripada struktur sosial .Dengan kata
lain,psikologi sosial lebih berwawasan perorangan (personal oriented) daripada berwawasan sosial (social oriented).Tentu saja “perorangan” itu masih dalam kaitan
dengan kedudukannya sebagai warga masyarakat .Pendekatan psikologi sosial ini
bisa pula kita pakai dalam menganalisis misalnya sikap bahasa (language attitude) yaitu sikap
sekelompok masyarakat terhadap sesuatu bahasa.( Sumarsono , tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[12] )
6.
SL
dengan Antropologi
Antropologi
adalah kajia tentang masyarakat dari sudut kebudayaan dalam arti luas.
Kebudayaan dalam arti luas bisa mencakup hal-hal seperti kebiasaan ,
adat,hukum,nilai,lembaga sosial,religi,teknologi,bahasa. Bagi antropologi
,bahasa sering kali dianggap sebagai ciri penting bagi jati diri (identitas)
bagi sekelompok orang berdasarkan etnik. Masarakat jakarta dapat dipilah-pilah
berdasarkan etnik mereka,menjadi kelompok cina ,Arab,Batak,Jawa,Sunda,Betawi
dan sebagainya,dan ciri atau jati diri tiap kelompok itu adalah bahasa.
Bagaimana
seorang warga Jakarta berhubungan dengan warga lain ,bahasa apa yang dipakai
,merupakan kajian SL. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data dapat berupa
wawancara,kuesioner,atau pengamatan. Salah satu teknik pengamatan yang banyak
dipakai oleh SL adalah apa yang disebut pengamatan berpartisipasi (participant
observation) : peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang
diteliti sambil mengamati apa yang sedang terjadi. Peneliti memang dapat
bertanya kepada informan seperti “Dalam hubungan dengan anggota suku lain ,Anda
mamekai bahasa apa?” ,baik dengan wawancara ataupun kuesioner ,tetapi yang
lebih baik dengan melibatkan diri ke
dalam kehidupan orang itu dan mengamati apa yang benar-benar terjadi
jika ia berbicara dengan orang dari suku liain.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[14] )
7.
SL
Makro dengan SL Mikro
Kedua istilah
ini , mikro dan makro ,mengacu pada luas dan sempit cakupan . Jika SL membicarakan
masalah-masalah “besar dan luas” , ia masuk SL mkro, sebaliknya , jika yang
dibicarakan adalah masalah-masalah “kecil dan sempit” ia masuk SL mikro . Sudah
kita ketahui berdasarkan sensur penduduk
,1980 ,jumlah penduduk Indonesia 170 juta. Jumlah itu dapat dipilah-pilah
berdasarkan tempat tinggal , jenis kelamin ,usia ,pendidikan, pekerjaan,mata
pencaharian. Ini merupakan gejala sosial .Jika kemudian faktor sosial ini kita
hubungkan sdengan bahasa,kita memasuki bidang SL. Kita bisa berbicara tentang jumlah pendukung atau
penutur bahasa Jawa, Sunda,Bali,,dan sebagainya.Dari dua kali sensus ,yang
berjarak 10 tahun ,kita dapat bertanya tentang orang yang mampu berbahasa
Indonesia ,menurun atau bertambah; tentang sejumlah orang yang dalam kehidupan
sehari-hari dirumah beralih dari bahasa daerah ke bahada Indonesia .Kita juga
bisa berbicara tentang perencanaan tau pembinaan bahasa.Semua ini masuk cakupan
SL makro.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[14] )
Kalau kita
berbicara tentang peristiwa tutur dalam sebuah pesta adat pada suku A,misalnya
pesta pinangan ,kita bisa disebut sebagai objek SL mikro. Kita dapat teliti urutan
peristiw tutur itu, siapa yang mulai membuka , siapa melanjutkan ,bagaimana
gilirannya,ragam bahasa apa yang dipakai? Ada orang mengatakan , SL mikro itu
menelaah tentng “siapa berbicara dalam (ragam) bahasa apa ,kepada siapa,
tentang apa atau siapa,dalam situasi apa , dengan maksud apa,dan sebagainya “ .
( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[15] )
SL mikro,
menurut Roger Bell (1976) , lebih menekankan perhatian pada interaksi bahasa
antar penutur didalam suatu kelompok guyup tutur (intragroup interection) , sedang SL makro menitik beratkan
perhatian pada interaksi antar penutur dalam konteks antar kelompok (intergroup interection). Analisis atau
deskripsi SL mikro relativ lebih dekat dengan arientasi linguistik , tetapi
dengan cakupan tetap lebih luas dari analisis linguistik (fishman , 1968).
Sebalinya, SL makro , yang mempunyai objek dengan skala lebih luas dan lebih
besar, memperhatikan komunikasi antar kelompok dalam suatu masyarakat bahasa ,
bahkan sampai tingkatan bangsa dalam sebuah negara : memperhatikan kontak
bahasa antara kelompok mayoritas dengan kelompok minoritas , pemertahanan
bahasa minoritas , dan hal-hal lain yang menyangkut kelompok penutur yang jumlahnya
banyak. Pada umumnya dapat dikatakan , manakala suatu pemecahan masalah
kebahasaan itu orientasinya mendekati orientasi sosial , pendekatanya cenderung
ke LS makro, tetapi kalau ia mendekati orientasi linguistik , pendekatannya
mendekati SL mikro.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[6] )
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan penulisan makalah, dapat disimpulkan
tentang sosiolinguistik, sebagai berikut:
1.
Menurut Abdul Caher,
Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam
hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Didalam bukunya Abdul Chaer juga
menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan
pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar
dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam
bahasa itu. ( Abdul Chaer, tahun 1994 dalam Linguistik Umum.[2] )
Sosiolinguistik (selanjutnya
disingkat SL) dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya ,seperti ekonomi,
sosiologi atau dengan linguistik sendiri ,merupakan ilmu relatif baru .
Ditinjau dari nama ,SL menyangkut sosiologi dan linguistik ,kerena itu SL
mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat,dan
linguistik adalah kajian bahasa . Jadi SL adalah kajian tentang bahasa yang
dikaikan dengan kondisi masyarakat . ( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.[1] )
2. Sosiolinguistik
memiliki hubungan dengan beberapa disiplin ilmu lainnya yaitu:
1. SL dengan Sosiologi
2. SL
dengan Linguistik Umum
3. SL dengan
Dialektologi
4. SL dengan
Retorika
5. SL dengan
Psikologi Sosial
6. SL dengan
Antropologi
7. SL Makro
dengan SL Mikro
3. Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, dalam
penggunaannya sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan
bahasa dalam aspek atau segi sosial tertentu.
B.
Saran
Pembahasan
mengenai diskusi (diskusi kelompok,diskusi panel,konferensi dan simposium)
memang masih jauh dari kata sempurna, karenanya kelompok III berharap saran
kritik yang membangun guna perbaikannya.
Hal-hal mengenai diskusi
(diskusi kelompok,diskusi panel,konferensi dan simposium) sangatlah luas,
sehingga perlu adanya pembahasan dan penelitian lebih lanjut dalam hal ini,
pembahasan ini diharapkan dapat menunjang kesuksesan penelitian pembaca
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Agustina. 2010. Sosiolinguistik: PerkenalanAwal. Jakarta:
RinekaCipta.
Chaer , Abdul .
1994 : Linguistik Umum . Jakarta : Rineka cipta
Sumarsono
.2002 : Sosiolinguistik . Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar